bayuzepta@yahoo.co.id


bayuzepta@yahoo.co.id

Kamis, 30 September 2010

askep trauma dada

TRAUMA DADA
        Trauma dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada bagian emerjensi. Cedera pada dada dapat mengenai tulang-tulang sangkar dada pleura dan paru-paru. Diagfragma atau organ-organ dalam mediastinum.
         Penyebab utama cedera dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor, pukulan benda-benda tumpul pada dada atau akibat terjatuh juga dapat menyebabkan cedera dada. Cedera dada diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penetrasi dan non penetrasi
I. FRAKTUR RUSUK
š  KONSEP DASAR PENYAKIT
A.     DEFINISI
Fraktur rusuk adalah cedera tumpul yang paling umum dan terjadi pada tulang rusuk.
B.     ETIOLOGI
a. Pukulan
b. Kecelakaan hebat
c. Regangan yang disebabkan oleh batuk atau bersin yang kuat
EVALUASI
         1. Klien mampu untuk menangani sekresi sendiri
         2. Frekuensi pernafasan 16x/mnt dan teratur
         3. Klien merasa bebas dari nyeri atau nyeri minimal
         4. Klien tampak tenang
         5. Melakukan pemeriksaan foto rontgen kembali dalam 2 minggu
         6. Klien akan memberitahu dokter jika terjadi tanda-tanda komplikasi
D. PATOFISIOLOGIS
          Flail chest retjadi ketika 2 atau lebih iga yang berdekatan fraktur pada satu tempat atau lebih, mengakibatkan segmen iga mengambang bebas. Sebagai akibatnya, dinding dada kehilangan kestabilannya, dengan akibat lanjut kerusakan pernafasan dan biasanya gawat nafas yang berat.
          Selama inspirasi ketika dada mengembang, bagian segmen iga yang terlepas akan bergerak secara paradoksikal yaitu tertarik kedalam ketika inspirasi, mengurangi jumlah udara yang dapat dihirup kedalam paru-paru. Pada ekspirasi karena tekanan intrathoraks akan melebihi tekanan atmosfer, segmen flail akan terdorong keluar, merusak kemampuan pasien untuk menghembuskan nafas.
PENATALAKSANAAN MEDIS
      Pengobatan flail chest termasuk:
      1. Menstabilkan segmen flail
      2. Memberikan oksigen supplemental
      3. Memperbaiki keseimbangan asan basa
      4. Memberikan analgesik untuk mengendalikan nyeri
      5. Menghindari kelebihan cairan
      6. Pemeriksaan rontgen dada dan AGD

E.     EVALUASI
        1. Klien sudah tidak menggunakan ventilator dan diekstubasi
        2. PaO
2 adalah 90 mmhg, 18x/mnt dan teratur
        3. frekuensi pernapasan dengan leluasa tanpa nyeri.
        4. Dapat bergerak PaCO
2 adalah 40 mmhg, PH adalah 7,35
-    Penatalaksanaan Medis
  a. Memberikan oksigen suplemen
  b. Aspirasi jarum untuk mengeluarkan udara dari ruang pleural
  c. Pemasangan kateter dada yang dihubungkan kekatup drainase tertutup
  d. Jika merupakan gangguan yang sering terjadi dilakukan instilasi tetrasiklin
                    untuk menimbulkan adesi antara pleura.
Penatalaksanaan Medis
     1. Emergency
     2. Kelainan pda dinding dada ditutup dengan balutan steril
     3. Pemasangan selang dada yang dihubungkan pada system drainase tertutup.
- Penatalaksaan Medis
  1. Oksigen suplemen
  2. Aspirasi jarum untuk mengeluarkan udara dari ruang pleural
  3. Jika merupakan kambuhan dilakukan instilasi tertrasiklin
        untukmenimbulkan adesi antara pleura
  4. Jika pasien sadar didinstruksikan untuk menghirup dan mengejan dengan
        glotis tertutup
  5. Lubang ditutup dengan kasa yang dibatasi dengan petrolium
C.   INTERVENSI
      1.  Evaluasi fungsi pernafasan dan catat kecepatan pernafasan serta perubahan tanda-tanda
            vital
           R/ : Distres pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat menunjukkan terjadinya
                  syok sehubungan dengan hipoksia
      2.  Auskultasi bunyi nafas
           R/ : Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus atau seluruh area paru, area atelektasis,  
                  tak ada bunyi nafas dan sebagian areakolaps menurun bunyinya.
      3.   Kaji Fremitus
           R/ : Suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan
10.      Respirasi Asidosis
11.      Himoptisis
12.      peningkatan puncak tekanan jalan nafas.

D.   
PATOFISIOLOGIS
        Cedera pada parenkim paru dan jarring-jaring kapilernya mengakibatkan kebocoran protein serum dan palsma. Kebocoran protein serum mengeluarkan tekanan osmotic yang meningkatkan kehilangan cairan dari kapiler. Darah, edema dan debris selular. ( dari respon jaringan terhadap ceder) Memasuki paru dan menumpuk dalam bronkiolus serta permukaan alveolar, dimana mereka mengganggu pertukaran gas. Peningkatan tahanan vascular paru dan tekanan arteri pulmonary terjadi. Pasien mengalami hipoksia sistemik dan retensi karbondoksida. Kadang kontosio paru terjadi pada sisi lainnya dari titik benturan tubuh.
POHON MASALAH
DAFTAR PUSTAKA
 
John
Mills,MD & John M.Luce MD. 1989. Gawat Darurat Paru-paru. Jakarta:EGC.
Swearingen,RN.1996.
Keperwatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Marilynn
E.Doenges, Mary Fiances Moorhouse, Alice C Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rab, Dr.H.Tabrani.1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates
Niluh Gede Yasmin Asih, S. Kp, Christantie Effendy, S. Kp. 2003.  Keperawatan Medikal Bedah, Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
Brunner &
Suddarth. 2001.  Keperawatan Medikal Bedah.  Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar