bayuzepta@yahoo.co.id


bayuzepta@yahoo.co.id

Rabu, 03 November 2010

ginekologi


GINEKOLOGI
kenalilah berbagai pengetahuan tentang ginekologi (ilmu kandungan). Pengetahuan tersebut meliputi gangguan haid, perdarahan uterus abnormal, keputihan, endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis, mioma uteri, tumor ovarium neoplastik jinak, infertilitas, dan menopause.

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah kelainan organik (tumor, infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan fungsional alat reproduksi.
Hipermenore
____________

Hipermenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya banyak, ganti pembalut 5-6 kali per hari, dan lamanya 6-7 hari. Penyebabnya adalah kelainan pada uterus (mioma, uterus hipoplasia atau infeksi genitalia interna), kelainan darah, dan gangguan fungsional. Keluhan pasien berupa haid yang banyak. Pada setiap wanita berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik untuk menyingkirkan keganasan.
Hipomenore
___________

Hipomenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti pembalut 1-2 kali per hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen & progesteron, stenosis himen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri (sindrom Asherman). Sinekia uteri didiagnosis dengan histerogram atau histeroskopi.
Metroragia
__________

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.
Menoragia
__________

Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
Amenore
________

Bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore, diluar amenore fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium) dan vagina. Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen & progesteron yang negatif, adanya penyakit lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes melitus, kanker), infertilitas atau stress berat.
Anamnesis yang perlu dicari adalah usia menars, pertumbuhan badan, adanya stress berat, penyakit berat, penggunaan obat penenang, peningkatan atau penurunan berat badan yang mencolok. Pemeriksaan ginekologik yang dilakukan adalah pemeriksaan genitalia interna / eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa uji kehamilan dan uji progesteron.
ENDOMETRIOSIS
Endometrium :
- Lapisan dalam dinding kavum uteri, norrmal tidak terdapat di tempat lain.
- Endometrium terdiri atas jaringan ikatt / stroma dan sel-sel selapis kubis yang
berproliferasi dan menebal setelah haid lalu runtuh pada saat haid.
- Siklus endometrium juga dipengaruhi olleh poros hipotalamus-hipofisis-ovarium.
- Puncak LH hipofisis terjadi 24-36 jam sebelum ovulasi.
- Estradiol dihasilkan sel teka interna folikel dan pasca ovulasi sel teka tersebut
berubah menjadi sel lutein yang menghasilkan progesteron.

Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat / organ lain selain dinding kavum uteri.
Patogenesis endometrium diterangkan oleh beberapa teori diantaranya teori histogenesis, teori metaplasia coelomik dan teori induksi.
Teori histogenesis menerangkan bahwa endometriosis terjadi akibat adanya regurgitasi tuba epitel menstruasi – implantasi jaringan endometrium pada tempat abnormal tersebut. Faktor determinasi yang diperkirakan abnormal adalah regurgitasi darah haid / menstruasi retrograd (darah haid yang tidak keluar melalui serviks mengalir ke tuba – ovarium dan keluar ke rongga peritoneum) kemudian tumbuh berkembang karena organ yang ditempati tidak mengadakan reaksi penolakan (karena bukan benda asing / antigen).
Teori histogenesis : transplantasi, metastasis limfatik / vaskuler. Faktor determinasi adalah respon imunologik yang rendah, faktor genetik, status hormon steroid dan hormon pertumbuhan.
Teori metaplasia coelomik : menerangkan pertumbuhan endometrium di vagina padahal tidak ada hubungan vaskularisasi antara keduanya. Diperkirakan primer berasal dari sisa jaringan yang terdapat sejak perkembangan embrionik (saluran Muller). Demikian juga pada organ-organ yang berasal dari saluran Muller lainnya.
Teori induksi : lanjutan dari teori metaplasia, diperkirakan faktor biokimia endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium.
Pasca Operasi Uterus
(Misalnya miomektomi atau seksio sesar) dapat terjadi lapisan endometrium melekat atau terjahit dengan miometrium kemudian tumbuh menjadi endometriosis.
Teori yang diterima akhirnya adalah patogenesis multifaktorial : genetik, imunologi, endokrin dan mekanik.
(Endometriosis : “the disease of many theoris in gynecology” seperti halnya dengan pre eklampsia pada obstetri)
Kemungkinan lokasi endometriosis :
- Endometriosis interna : dibagian lain uterus misalnya serviks dan isthmus.
- Endometriosis eksterna : di luar uteruus.
- Adenomiosis : endometrium di dalam lappisan miometrium.
- Endometrioma : endometrium dalam ovariium – kista coklat.
- Pada organ / tempat lain misalnya di ppermukaan / dinding usus, cavum Douglasi,
ligamen-ligamen, dan sebagainya. Jaringan endometrium ektopik ini
berproliferasi, infiltrasi dan menyebar ke organ-organ tubuh. Ditemukan 20-25 % pada
laparatomi pelvis. Terbanyak ditemukan pada usia 30-40 tahun.

Pertumbuhan endometrium di tempat lain dapat menimbulkan reaksi inflamasi. Pada haid dapat menimbulkan sakit hebat karena :
- Perdarahan intraperitoneal.
- Perlengketan (tertahan pada pergerakann).
- Akut abdomen.

Endometriosis peritoneum :
- Warna merah (aktif/baru) atau coklat hhitam (sudah lisis) atau putih (fibrosis).
- Dapat hipervaskuler (lesi aktif) atau avaskuler (lesi baru atau fibrosis).
- Permukaan rata atau menonjol atau iregguler.
- Letak superfisial (di permukaan organ / peritoneum) atau profunda (invasif ke
organ).

Lokalisasi sering :
- Ovarium, biasanya bilateral (65%).
- Lapisan serosa uterus, peritoneum pelvvis.
- Kolon sigmoid / kavum Douglasi, ligameentum sakrouterinoma / latum, tuba
Fallopii.
- Vagina, serviks, dan usus.
- Paru, mukosa vesika uterina / saluran kemih, umbilikus, ginjal dan kaki (jarang).

Gejala dan tanda klinik :
- Nyeri pelvis / abdomen difus pada lokaasi tertentu.
- Teraba nodul atau nyeri pada ligamentuum sakrouterina, dinding belakang uterus
dan cavum Douglasi.
- Gerakan terbatas & nyeri pada genitaliia interna.
- Uterus retroversi dan terfiksasi.
- Teraba massa tumor dan nyeri tekan di adneksa.
- Dinding forniks posterior vagina memenndek.

Pemeriksaan penunjang diagnostik :
- Ultrasonografi : gambaran bintik-bintiik salju
- Laparatomi / laparaskopik.
- Assay Ca 125.

Penampilan endometriosis :
- Infertilitas primer (26-39 %)
- Infertilitas sekunder (12-25 %)
- Nyeri panggul kronik (4-65 %)
- Dismenorhea (7-32 %)
- Massa / kista ovarium (10-35 %)
- Bercak / spotting pre menstruasi (35 %%)
- Nyeri akut abdomen, ileus obstruktif, kolik ureter (jarang).

Selain itu sering terdapat keluhan dispareunia, tumor pelvik, gangguan haid, nyeri perut saat defekasi (diskezia) dan nyeri pinggang.
Diagnosa banding : tumor ovarium, mioma multipel, karsinoma rektum, penyakit radang panggul dan metastasis tumor di cavum Douglasi.
Klasifikasi Endometriosis Acosta 1973
1. Ringan :
- Endometriosis menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterior cavum
Douglasi / permukaan ovarium / peritoneum pelvis.
2. Sedang :
- Endometriosis pada 1 atau kedua ovarium disertai parut dan retraksi atau
endometrioma kecil.
- Perlekatan minimal juga di sekitar ovarium yang mengalami endometriosis.
- Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut dan
retraksi atau perlekatan tanpa implantasi di kolon sigmoid.
3. Berat :
- Endometriosis pada 1 atau 2 ovarium ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
- Perlekatan 1 atau 2 ovarium / tuba fallopii / cavum Douglasi karena
endometriosis.
- Implantasi / perlekatan usus dan / atau traktus urinarius yang nyata.

Penatalaksanaan Endometriosis
Prinsip :
- Terapi medikamentosa untuk supresi horrmon.
- Intervensi surgikal untuk membuang impplant endometriosis.

Objektif :
- Kontrol nyeri pelvik kronik (terapi obbat saja).
- Penatalaksanaan infertilitas (terapi oobat dan pembedahan).
- Penataksanaan endometrioma (terapi pemmbedahan).
- Tumor ekstragenital / ekstrapelvik (teerapi obat dan pembedahan).
- Pencegahan kekambuhan (terapi optimaliisasi pra bedah).
- Penatalaksanaan asimptomatik (obat horrmonal / non hormonal), bedah.

Pengobatan hormonal :
- Progesteron : MDPA
- Danazol (17-alfa-etinil-testosteron)
- Kombinasi estrogen-progesteron : pil kkontrasepsi.
- Anti progestasional : etilnorgestrienoon / gestrinon.
- Agonis GnRH : leuprolid asetat, gosereelin, buserelin asetat, nafarelin, histrelin,
lutrelin.

Efek yang diharapkan :
- Progesteron (medroxyprogesteron) : dessidualisasi dan atrofi endometrium serta
inhibitor gonadotrofik yang kuat.
- Kombinasi estrogen / progesteron (pil kontrasepsi) : “pseudo pregnancy”,
desidualisasi dan pertumbuhan endometrium diikuti atrofi endometrium.
- Antiprogestasional : anti progestogeniik dan estrogenik melalui aktivasi degradasi
enzim lisosomal sel.
- GnRH agonist : menyebabkan kadar estroogen menurun seperti pada saat
menopause.
- Testosteron : mensupresi LH & FSH, mennghambat pertumbuhan endometriosis.
- Untuk terapi nyeri dapat digunakan inhhibitor prostaglandin-sintetase.

Obat yang sekarang banyak dipakai dan dikembangkan : agonis GnRH.
Mekanismenya : suplai hormon – internalisasi – dikenali oleh mRNA – sintesis protein.
GnRH : hormon untuk menghasilkan gonadotropin.

Agonis GnRH : regulasi luluh reseptor GnRH pada sel gonadotropin hipofisis.
- Penekanan sekresi dan sintesis FSH dann LH hipofisis.
- Supresi ovarium : hambatan pematangan folikel dan hambatan produksi estradiol.

Diharapkan hipoestrogenisme akan menghambat pertumbuhan berlebihan jaringan endometriosis.
Selama sekitar 24 minggi, GnRH agonis akan memberikan efek :
1. Amenorhea
2. Gangguan reseptor estrogen (misalnya payudara mengecil).
3. Gangguan psikis atau neurologis.
4. Gangguan dalam hubungan seksual.

Pengobatan surgikal : untuk membersihkan fokus / implant endometriosis.
Permasalahan seputar endometriosis :
- Prevalensi – faktor predisposisi.
- Mekanik (peningkatan tekanan intraabdoominal / intrauterin, pencetus regurgitasi.
- Implantasi pasca retrograd menstruasi..
- Imunitas.
- Perlindungan terhadap kesehatan kerja : efisiensi, kenyamanan kerja.
- Peningkatan biaya pengobatan / perawattan kesehatan (health-cost maintenance).
- Masalah kesehatan reproduksi di masa ddepan.

Pencegahan :
- Tidak menunda kehamilan.
- Tidak melakukan kerokan / kuret pada wwaktu haid.
- Pemeriksaan ginekologi teratur.

Sumber :
Vasateam. Catatan Kuliah Obstetri & Ginekologi Plus. Jakarta. 1999.
Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.


Jumat, 08 Oktober 2010

KULIAH PSIKOLOGI

Pengertian
Perilaku abnormal adalah sebuah perilaku yang kurang sesuai dengan standart social, atau memperlihatkan kurangnya pengendalian diri terhadap emosi.
Contohnya:Misalnya di Jawa seorang anak perempuan tidak boleh keluar sampai malam diatas jam 9, padahal mungkin untuk di daerah tertentu hal tersebut diraskan sebagai sebuah hal yang biasa. Jika seorang anak datang diatas jam 9 maka masyarakat akan menggunjingkannya dan hal inilah yang disebut dengan perilaku abnormal.
Perilaku abnormal dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:
Jumlah yang jarang ( Statistical Infrequency)
Norma Yang Keras( Violent of Norm)
Orang yang mengalami Stress (Personal Distress)
Ketidakmampuan atau ketidak berfungsiaan (Dysability or Dysfunction)
Pengelompokan Perilaku Abnormal
Gangguan Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Intelektual.
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Perilaku
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Mood
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Kecemasan (Anxiety)
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Masalah Seksual Dan Identitas Gender.
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Masalah Makan
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Masalah Tidur
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Kepribadian
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Medical
-Gangguan Yang Berhubungan Dengan Relasi Sosial.
Aksis- Aksis Dalam PPDGJ
(Pedoman Panduan Diagnosis Gangguan Jiwa)
Aksis I  : Mengarah pada gangguan yang berhubungan dengan Kepribadian
-Aksis II  :Mengarah pada gangguan yang berhubungan dengan kemampuan Intelektual
-Aksis III  : Mengarah pada gangguan yng berhubungan dengan masalah kesehatan fisik.

-Aksis IV  : Mengarah pada gangguan yang berhubungan dengan masalah lingkungan sosial
-Aksis V  : Adalah jenis gangguan yang diderita apakah masuk dalam kategori gangguan mental berat ataukah ringan. Serta menetap atau bisa sembuh.Jenis-Jenis Perilaku Abnormal
. Gangguan Kecemasan
. Ganguan Afektif
. Gangguan Kepribadian
. Skizoprenia dan alkholisme
. Ketergantungan obat
Gangguan kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut, khawatir yang tidak menyenangkan, kondisi ini mengarah ke sebuah gangguan perilaku.
Kecemasan biasa dikenal dengan istilah anxietas.
Macam-macam gangguan kecemasan
Fobia (rasa takut yang berlebihan)
Takut pada ketinggian disebut dengan High phobia, takut pada tempat keramaian disebut dengan agrophobia,takut pada tikus disebut dengan istilah musophobia.
Panik ( ketakutan ekstrem dan ketegangan otonomik yang sangat ekstrem.
Gangguan anxietas menyeluruh adalah sebuah konflik yang tidak disadri antara ego dan kondisi lingkungan.
 contoh gangguan kecemasan menyeluruh
Gangguan obsesif kompulsif
PTSD (Post Traumatik Stress Disorder)
Gangguan pasca trauma

Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada  perasaan seseorang yang mengakibatkan seseorang mengalami perilaku yang abnormal.
Gangguan afektif ini misalnya adalah gangguan mood, dan depresi pada anak dan remaja sehingga menyebabkan bunuh diri dan kematian.
Gangguan kepribadian
Klasifikasi gangguan kepribadian antara lain adalah
Gangguan kepribadian paranoid
Gangguan kepribadian narsistik
Gangguan kepribadian antisosial
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
dll
Skizoprenia dan alkholisme
Skizoprenia dalah suatu gangguan yang utamanya diperngaruhi oleh pikiran yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku.
Ciri-ciri skizoprenia antara lain adalah:
- Mengalami delusi
- mengalami waham
- mengalami halusinasi
Alkoholisme dan ketergantungan obat
Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan terlarang biasanya disebut dengan istilah alkoholik.
Orang dengan gangguan ini biasanya cukup sulit untuk lepas dari sifat ini karena apa yang mereka konsumsi ini merupakan zat adiktif dan biasanya sulit untuk dihilangkan tanpa adanya terapi atau rehabilitasi.


Menurut orang luar negeri bahwa bahwa alkhohol ini memberikan efek mengantuk dan membuat hangat tubuh namun hal ini berbeda dengan obat-obat terlarang. Jika skali terkena maka hal ini akan sulit untuk dilepaskan.karena semua ini mengandung suatu zat yang membuat oang menjadi ketergantungan dengan benda ini.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK


FAKTOR-FAKTOR HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Menurut Hery Purwanto, 1994:
1. Kemampuan pemahaman yang berbeda.
2. Pengamatan / penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.
3. Komunikasi satu arah
4. Kepentingan yang berbeda.
5. Memberikan jaminan yang tidak mungkin.
6. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada pasien.
7. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
8. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya.
9. Memberikan kritik tentang perasaan pasien.
10. Menghentikan / mengalihkan topik pembicaraan.
11. Terlalu banyak bicara yang mana seharusnya mendengarkan.
12. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.

Kariyoso, 1994:
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi.
2. Sikap yang kurang tepat.
3. Kurang pengetahuan.
4. Kurang memahami sistem sosial.
5. Prasangka yang tidak beralasan.
6. Jarak fisik, komunikasi menjadi tidak lancar jika komunikator berjauhan dengan receiver.
7. Tidak ada persamaan persepsi
8. Indera yang rusak.
9. Berbicara yang berlebihan.
10. Mendominir pembicaraan dan lain sebagainya.
Hambatan kemajuan hubungan perawat - pasien terdiri atas tiga jenis utama yaitu:
1. Resistens
2. Transferens
3. Kontertransferens

Hal tersebut timbul karena berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam berbagai bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat hubungan teurapeutik. Oleh karena itu, perawat harus segera mengatasinya. Hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun pasien yang bisa berkisar dari ansietas dan kekhawatiran sampai frustasi, cinta atau sangat marah.



2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnta terkait dengan tokoh penting dalam kehidupan masa lalu pasien. Istilah ini merujuk pada sekelompok reaksi yang berupaya mengurangi atau menghilangkan ansietas. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah ketidak tepatan respon pasien dalam hal intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan displacement yang maladaptif. Reaksi transferens membahayakan proses teurapeutik hanya bila hal ini tetap diabaikan dan tidak di telaah oleh perawat. Ada dua jenis utama , yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.

3. Kontertransferens
Kontertransferens yaitu kebuntuan teurapeutik yang dibuat oleh perawat, bukan oleh pasien. Kontertransferens merupakan respons emosinal spesifik oleh perawat terhadap pasien yang tidak sesuai dengan intensitas emosi.
Kontertransferens adalah transferen yang diterapkan pada perawat. Respon perawat tidak dapat dibenarkan oleh kenyataan,tetapi lebih mencerminkan konflik terdahulu yang dialami terkait dengan isu-isu seperti otoritas,keasertifan,gender, dan kemandirian.

Reaksi kontertransferens biasanya berbentuk salah satu dari 3 jenis, yaitu reaksi,mencintai atau perhatian berlebihan,reaksi sangat bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas, seringkali menjadi respon terhadap resisten pasien.
Beberapa bentuk countertransfer yang diperlihatkan oleh perawat :
Kesulitan ber-empati terhadap pasien dalam area masalah tertentu.
Perasaan tertekan setelah sesi.
Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontra seperti datang terlambat,atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
Mengantuk selama sesi.
Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan pasien untuk berubah.
Dorongan terhadap ketergantungan, pujian, atau afeksi pasien.
Berdebat dengan pasien atau kecenderungan untuk memaksa pasien sebelum ia siap.
Mencoba untuk membantu pasien dalam segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Keterlibattan dengan pasien dalam tingkat personal atau sosial.
Melamunkan atau preokupasi dengan pasien.
Fantasi seksual atau agressive dengan pasien.
Perasaan ansietas, gelisah, atau perasaan bersalah terhadap pasien terjadi berulang kali.
Kecenderungan untuk berfokus hanya pada satu aspek informasi dari pasien atau menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya cara.
Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan kepada pasien.


Pelanggaran Batasan
Pelanggaran batasan terjadi ketika perawat melampaui batasan hubungan teurapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan pasien. Sebagai ketetapan umum, kapanpun perawat melakukan atau memikirkan sesuatu yang khusus, berbeda atau luar biasa terhadap pasien, biasanya terjadi pelanggaran batasan. Hubungan seksual dalam bentuk apapun tidak akan pernah teurapeutik dan tidak dapat diterima dalam hubungan perawat-pasien.
Contoh pelanggaran batasan yang mungkin terjadi:
Pasien mengajak perawat makan siang atau makan malam diluar.
Hubungan profesional berubah menjadi hubungan sosial.
Perawat menghadiri pesta atas undangan pasien.
Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada pasien.
Pasien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya seperti anaknya untuk tujuan sosial.
Perawat menerima hadiah dari bisnis pasien.
Perawat setuju menemui pasien untuk terapi diluar tatanan yang biasanya tanpa alasan yang teurapeutik.
Perawat menghadiri acara-acara sosial pasien.
Pasien memberikan hadiah - hadiah yang mahal kepada perawat
Perawat secara rutin memeluk atau memegang pasien.
Perawat menjalankan bisnis atau membeli barang dari pasien.


Mengatasi Hambatan Teurapeutik
Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan perawat-pasien.
Sumber:
Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, Gail W. Stuart, EGC.

Hambatan-hambatan komunikasi terapeutik:
Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu.
1.Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.
2.Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.
3.Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
Sumber:
http://harnawatiaj.wordpress.com/
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM KOMUNIKASI.
Menurut Linda Carman Copel, Banyak faktor latar belakang klien yang mempengaruhi proses komunikasi dan berdampak pada hasil interaksi perawat-klien. Beberapa faktor yang paling umum adalah:
Budaya.
Nilai (kepercayaan dan peraturan kehidupan masyarakat).
Status sosial.
Keadaan emosional (perasaan yang mempengaruhi pola komunikasi).
Orientasi spiritual.
Pengalaman internal (seperti dampak biologis dan psikologis yaitu bagaimana seseorang menginterpretasikan situasi kehidupan).
Kejadian-kejadian di luar individu.
Sosialisasi keluarga mengenai komunikasi.
Bentuk hubungan.
Konteks hubungan saat ini.
Isi pesan (seperti topik-topik yang menimbulkan kepekaan dan berdampak secara emosional)

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Bentuk hambatan komunikasi terapeutik ada 5 jenis:
Resistens
Transferens
Kontertransferens
Pelanggaran batas
Pemberian hadiah

1. Resistens
Merupakan penghindaran verbalisasi yang dipelajari
Merupakan akibat ketidaksediaan klien untuk berubah (pada saat perubahan di rasakan).
Merupakan upaya klien untuk tetap tidak mengakui penyebab kecemasan dlm dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal ungkapan perasaan.
Diperlihatkan klien selama fase kerja (fase proses penyelesaian masalah)

Faktor penyebab:
Perawat berfokus pd diri sendiri
Perawat terlalu membuka diri
Trust belum terbina
Bentuk Resistens
a. Supresi dan represi
b. Putus asa thd masa depan
c. Devaluasi
d. Hambatan intelektual: lupa, mengantuk
e. Perilaku amuk atau tidak rasional
f. Pembicaraan yg bersifat permukaan
g. Menolak tg. Jawab
h. Menolak berubah

2.Transferens
Respon yang tidak disadari oleh klien thd perawat terkait dengan kehidupan masa lalu.
Ketidak tepatan respon klien dalam penggunaan koping pengisaran (displacement) yang maladaptif.
Merupakan suatu kumpulan reaksi yg timbul sebagai upaya utk mengurangi kecemasan dan ketidak puasan klien thd perawat akibat intensitas pertemuan yg berlebihan.
Reaksi yang ditampilkan:
- Bermusuhan/bersikap negatif thd perawat.
- Menghindar/memutuskan hubungan.
- Membantah, mengkritik
- Mengomel
- Pelupa
- Ketergantungan atau membenci
- Terjadi bila kontrak pd tahap orientasi tidak jelas.

Upaya mengatasi transferens.
Menjadi pendengar aktif à sikap tidak menyalahkan klien, perhatikan respons non verbal klien.
Klarifikasi dan refleksi à pembicaraan lebih fokus, klien menyadari pikiran dan perasaannya
Mengkaji perilaku diperlukan pengetahuan dan pengalaman ttg perilaku manusia.

3. Kontertransferens
Hambatan terapeutik berasal dari perawat yang ditimbulkan oleh sikap klien.
Respon emosional spesifik yang tidak tepat terhadap klien.
Reaksi yang ditampilkan:
- sangat mencintai/ caring berlebihan
- sangat membenci/bermusuhan
- marah berlebihan atau tidak sabar
- cemas dan rasa bersalah, muncul berulang
- tidak mampu berempati thd klien
- Menekan perasaan selama pertemuan
- Tidak bersikap bijak saat membuat kontrak dgn klien
- Berdebat dengan klien
- Keterlibatan dengan klien pada tingkat personal/sosial
- Melamunkan klien
- Klien menjadi besar kepala
- Klien sulit berubah, ketergan- tungan, klien menjadi manja.
- Klien tidak terbuka
Cara identifikasi terjadinya kontertransferens
- Mempunyai standar yg sama ttg harapan thd klien
- Melatih hubungan terapeutik
- Menemukan sumber masalah
- Melatih kontrol diri
- Pengawasan secara individual
- Kontertransferens tidak mudah diatasi, membawa dampak terhadap hubungan perawat – klien
- Perlu upaya/keseriusan dari perawat untuk mengatasinya
4. Pelanggaran Hubungan Terapeutik (batas)
Dalam hubungan terapeutik peran perawat sebagai penolong (helpher)à klien maupun perawat hrs menyadari batasan ini.
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan terapeutik à terjadi hubungan personal
Bentuk pelanggaran
- menerima ajakan makan diluar/undangan
- Menjadi hubungan sosial
- Memberikan informasi personal pd klien
- Klien mengenalkan perawat pd anggota klg utk tujuan hub sosial
- Menerima hadiah dari klien
- Menjalankan bisnis / memesan pelayanan dari klien
- Secara rutin membelai/ memeluk klien
- Menghadiri acara- acara sosial klien
Upaya pencegahan:
- Membuat kesepa- katan ttg interaksi yg akan dilakukan
- Fokus pd tujuan interaksi
à mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi

5. Pemberian Hadiah
Bentuk Hadiah dapat konkrit maupun abstrak
Merupakan masalah kontroversial dlm keperawatan
Pemberian hadiah pd tahap orientasi à klien dapat memanipulasi perawat
Pemberian hadiah pd tahap terminasi à perawat menunda proses terminasi, pe- mindahan hubungan menjadi sosial/ hubungan personal.

Mengatasi Hambatan Terapeutik
-Siap untuk ungkapkan perasaan à dasar pengetahuan ttg hambatan terapeutik.
-Gunakan Klarifikasi dan refleksi perasaan & isi
-Kaji latar belakang klien maupun perawat thd perilaku yang ditampilkan à berdampak negatif thd proses terapeutik.
-Tinjau kembali tujuan hubungan terapeutik sesuai masalah klien.