•KONSEP DASAR PENYAKIT
Definisi
Infeksi saluran pernapasan akut adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabakan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru
•Etiologi
ISPA disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur sedangkan infeksi bacterial sering menyulitkan ISPA yang disebabkan oleh virus. Penyulit bacterial umumnya disertai keradangan akut
•Manifestasi Klinis
•
•ISPA secara khas timbul dengan gejala umum:
•Rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosentral dan konjungtivitis.
•Suhu badan meningkat antar 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anorexia, mual, muntah dan kadang-kadang insomnia.
•Kadang-kadang dapat juga diare
•Patofisiologi
•Patogen yang bersarang pada hidung, faring, laring atau trachea dapat berproliferasi jika daya tahan tubuh hospes rendah. Setelah berproliferasi pathogen dapat menyebabkan inflamasi akut yang menyerang tempat mereka bersarang. ISPA mempunyai kecenderung meluas.
•Komplikasi
•Komplikasi ISPA :
•Sinusitis bakterialis, abses peritonsiliar
•Otitis media, sepsis
•Penatalaksanaan Medis
•
•Gunakan semprot hidung atau tetes hidung 2/3x sehari atau sesuai program yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat
•Antipiretik dan analgesic (asetosol, parasetamol, metampiron), antitusif, hipnotika, roboransia.
•Istirahat yang cukup.
•KONSEP DASAR KEPERAWATAN
•Pengkajian
•Riwayat Keperawatan
–Tanda dan gejala yang muncul pada pasien
–Kapan gejala tinmbul
–Faktor pencetus dan yang memperingankan
–Adanya komplikasi
•Pemeriksaan Fisik
•Inspeksi : kesimetrisan hidung, odema, lesi, perdarahan, keabnormalan pada mukosa hidung seperti warna merah, odema atau eksudat dan polip.Tonsil dan faring apakah ada warna merah, asimetris/ada drainase, ulserasi/pembesaran.
•Palpasi : Sinus frontal dan maksilaris adakah nyeri tekan. Trakhea identifikasi garis tengah dalam leher, massa atau deformitas. Nodus limfoleher adakah pembesaran dan nyeri tekan.
•
•Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
•Diagnosa keperawatn yang biasa muncul:
•Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan skunder akibat proses inflamasi
•Nyeri b/d iritasi jalan napas atas skunder akibat infeksi.
•Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas skunder akibat infeksi atau odema.
•Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan skunder akibat diafrosis yang berkaitan dengan demam.
•Kurang pengetahuan tentang pencegahan penyakit ISPA, regimen pengobatan, prosedur khusus, atau perawatan pasca operatif.
•
•Perencanaan
•Tujuan
•Pasien dapat memelihara patensi jalan napas.
•Pasien mengatakan nyeri berkurang
•Pasien tetap memelihara komuniksi yang efektif.
•Tidak terjadi deficit volume cairan.
•Pasien mengetahui pencegahan infeksi jalan napas atas
•2. Intervensi
•1. Inefektif saluran napas
–Atur posisi klien sesuai dengan letak infeksi.
• R/ Drainase dari sinus meningkat.
–Berikan masukan cairan yang adekuat.
• R/ Membantu mengencerkan dahak.
• b. Nyeri
–Kompres dengan air hangat.
• R/ Hilangkan pengiriman impuls nyeri ke SSP
•
•2) Laksanakan kolaborasi pemberian analgesic.
• R/ Hambat impuls nyeri keSSP
•3) Sarankan pasien untuk istirahat.
• R/ Hilangkan rasa nyeri.
• c. Kerusakan komunikasi verbal
• 1) Anjurkan klien untuk tidak bicara.
• R/ Regangan pita suara lebih lanjut menghambat pulihnya suara.
• 2) Instruksikan tehnik hygiene umum pada mulut dan hidung.
• R/ Mencegah penyebaran infeksi.
• d. Defisit volume cairan
• 1) Berikan masukan cairan adekuat.
• R/ Cegah dehidrasi dan encerkan dahak.
• 2) Kolaborasi berikan atau pasang infuse.
• R/ Cegah dehidrasi
• e. Kurang pengetahuan
• 1). Berikan HE tentang ISPA.
• R/ Pengetahuan baik cegah komplikasi lanjut.
•
•Evaluasi
•Hasil yang diharapkan:
• a. Pasien memperlihatkan jalan napas tetap paten dengan mengatasi sekresi
•1. Melaporkan penurunan kongesti
•2. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainage ssekresi
•b. Melaporkan perasaan lebih nyaman
•1. Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyaman analgesic,kantung panas, kumur, istirahat.
•2. Memperagakan hygiene mulut yang adekuat.
•c. Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunukasikan kebutuhan, keinginan dan tingkat kenyamanan.
•d. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat.
•e. Mengidentifikaasikan strategi untuk mencegah infeksi jalan napas atas dan reaksi alergi.
•f. Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri secara adekuat.
•g. Bebas dari tanda gejala infeksi:
• 1. Menunjukkan TTV normal
• 2. Tidak terdapat drainage purulen
• 3. Bebas dari nyeri pada telinga, sinus dan tenggorok.
•PNEUMONIA
•KONSEP DASAR PENYAKIT
•Definisi
•Pneumonia adalah suatu proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat (Hudak,1998). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya di sebabkan oleh agen infeksius.
•Etiologi
•
•Virus
•Bakteri
•Jamur
•Protozoa
•Aspirasi
•Manifestasi Klinis
•
•Menggigil mendadak, demam meningkat dengan cepat.
•Nyeri dada terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
•Sakit dengan takipnea (25 sampai 45x/mnt) disertai dengan pernapasan mendengkur, PCH, penggunaan otot aksesorius)
•Nadi cepat dan bersambungan
•Bradikardi relative untuk semua demam tingkatan tertentu dapat menandakasn infeksi, virus, infeksi mykoplasma atau infeksi dengan spesies lagionella
•Sputum purulen, kemerahan, bercampur darah, kental atau hijau relative terhadap preparat etiologis.
•Tanda-tanda lain : demam, krekes, dan tanda-tanda konsolidasi lobus
•Patofisiologi
•Pada individu yang sehat,pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti reflek batuk, klirens Imukosiliaris dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan,pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang ersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imuns, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibody dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membran mukosa bronchial dan membran alveleokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkhiales terminalis terisi ole debris infeksius dan eksudat yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi.
•Komplikasi
•
•Pembentukan abces
•Efusi pleural
•Empiema
•Bakteriema
•Septikemia
•Penatalaksanaan Medis
•Penisilin G merupakan antibiotik pilihan
•Tirah baring sampai infeeksi menunjukkan tanda tanda penyembuhan
•Oksigen untuk hipoxia
•KONSEP DASAR KEPERAWATAN
•
•Pengkajian
•Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan
•Perhatikan suhu tubuh dan warna sekresi
•Kaji terhadap kegelishan dan delirium dalam alkoholisme
•Kaji terhadap komplikasi
•Diagnosa Keperawatan
•Bersihan jalan tidak efektif yang b/d banyaknya sekresi trakheobonkial
•Intoleransi aktivitas b/d perubahan fungsi pernapasan
•Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d demam dan dispnea
•Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan tindakan kesehatan preventif
•Perencanaan
•1. Bersihan jalan napas tidak efektif
–Bantu pasien untuk batuk efektif.
•R/ Bersihan jalan napas tidak efektif dapat mengakibatkan retensi sekresi paru dan mengarah pada ateletaksis.
–Berikan postural drainase, perkusi, vibrasi.
•R/ drainase postural menggunakan gaya gravitasi untuk mengeluarkan sekresi paru paru
–Berikan tindakan untuk mengurangi nyeri pleuritis.
•R/ Nyeri dan batuk terjadi akibat infasi pleuritis.
•2.Intoleransi aktivitas
–Berikan dorongan untuk istirahat banyak.
•R/ istirahat mengurangi kebutuhan oksigen.
–Bantu pasien untuk mengubah posisi.
•R/ posisi nyaman tingkatkan istirahat
–Evaluasi sensorium sebelum sedatif.
•R/ gelisah dan agresi menandakan hipoksemia serebral.
•
•3. Resti kekurangan volume cairan
–Berikan pasien cairan 2-3 liter per hari.
•R/ demam dan takibnau disebabkan peningkatan kehilangan cairan.
•Pantau masukan dan haluaran serta TTV.
•R/ bantu pengkajian keseimbangan cairan.
•4. Kurang pengetahuan
• a. Ajarkan pasien tentang tindakan preventif:
•Hindarkan merokok
•Pertahankan daya tahan alamiah.
•Berikan vaksin influensa dan pnemokokus pada waktu yang diharuskan
•Hindari keletihan dan masukan alkohol
•Laporkan setiap tanda-tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan.
•Lakukan pemeriksaan tindak lanjut setelah keluar dari rumah sakit.
•4. EVALUASI
–Menunjukkan peningkatan patensi jalan nafas batuk berkurang dan produksi sputum menurun dan bunyi paru normal.
–Hasil pemeriksaan laboratorium BGA berada dalam batas normal.
–Menunjukkan penurunan intensitas nyeri atau hilang.
–Mempertahankan masukan cairan yang adekuat dan turgor kulit baik.
–Mematuhi progrma pengobatan dan strategi pengobatan.
•ABSES PARU
•Definisi
•Abses paru adalah suatu lesi nekrotik dalam parenkim paru yang berisi nanah (pus).Abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan umumnya berkisar pada umur 40-50 th. Kemajuan ilmu kedokteran menyebabkan kejadian abses paru menurun. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan risiko terjadinya abses paru seperti teknik operasi dan anestesi yang lebih baik, dan penggunaan antibiotik lebih dini.
•Etiologi
•Abses paru dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme terutama oleh :
•1. Kelompok bakteri aerob gram positif
• - Streptococcus microaerophilic
• - Staphylococcus aureus
•2. Kelompok bakteri aerob gram negatif
• - Klebsiella pneumoniae
• - Pseudomonas aeruginosa
• - Escherichia coli
•3. Kelompok bakteri anaerob
• - Bacteriodes melaninogenus
• - Bacteriodes fragilis
• - Peptostreptococcus
•4. Kelompok Jamur
•Manifestasi Klinis
•Presentasi klinik abses paru dapat beragam dari batuk produktif ringan sampai penyakit akut. Pasien mungkin sakit secara kronis atau akut. Sebagian besar pasien mengalami batuk produktif dengan jumlah sputum sedang sampai banyak dan berbau yang sering bercampur darah. Pleuritis, atau nyeri dada pekak, dispnea, kelemahan, anoreksia, dan penurunan berat badan biasa terjadi.
•Patofisiologi
•Dalam keadaan normal saluran napas bawah dan parenkim paru berada dalam keadaan bebas mikroorganisme (steril). Mikroorganisme dapat sampai ke daerah tersebut setelah melewati mekanisme pertahanan saluran napas atas dan bawah. Mekanisme pertahanan tersebut antara lain peran mukosilia (mucosiliary clearance) yang dapat berfungsi sebagai antimikroba, peran imunitas selular dan humoral, daya fagositosis sel-sel makrofag dan sel-sel polimorfonuklear, aktivitas surfaktans sebagai antimicroba. Bila mikroorganisme penyebab infeksi sampai ke parenkim paru, terjadilah rongga yang berisi nanah (abses paru).
•Komplikasi
•Pleuritis,
•Empyema, dan
•Abses otak/meningitis
•Penatalaksanaan medis
•
• Terapi antimikroba intravena
• Klindamisin, penisilin,metronidasol jika penyebabnya Pseudomonas aeruginosa.
• Oksasilin, nafsilin, atau sefalosporin jika penyebabnya Staphylococcus aureus
• Drainase adekuat
• Diet tinggi kalori dan protein
• Antibiotik oral
• Intervensi bedah (jarang dilakukan)
•KONSEP DASAR KEPERAWATAN
•Pengkajian
•Riwayat penyakit
• Demam
• Menggigil
• Batuk produktif dengan sputum berbau amis
• Warna sputum kuning kehijauan sampai kecoklatan
• Kadang-kadang dapat terjadi batuk darah
• Tidak bisa tidur
•
•Pemeriksaan fisik
•Suhu badan meningkat
•Thorak: rasa nyeri dada
•Paru
•Palpasi : Vocal fremitus menghilang
•Perkusi : bunyi redup
•Auskultasi : suara napas bronchial
•Pemeriksaan penunjang
•- Hitung lekosit umumnya tinggi
•- Pemeriksaan sputum dapat membantu menemukan mikroorganisme abses.
•Pemeriksaan Radiologi
•Pada fase awal abses ditemukan gambaran radiolusens dalam bayangan infiltrat yang padat dengan batas permukaan udara dan cairan didalamnya, akibat drainase abses kurang sempurna. Biasanya besar rongga abses berkisar 4-5cm dengan lokasi pada segmen posterior lobus kanan atas, kadand pada segmen apical kanan bawah atau segmen apical posterior lobus kiri.
•
•
•Diagnosa Keperawatan
•1. Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat
•2. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
•3. Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan infeksi paru
•4. Nyeri (akut) berhubungan dengan reaksi seluler terhadap sirkulasi toksik
•5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang terpajan
•
•Intervensi Keperawatan
•1. Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat
–Kaji ulang suhu sesuai indikasi
• R : Reaksi demam yang lebih tinggi menunjukkan adanya infeksi lebih lanjut
•Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret dan melaporkan perubahan warna, jumlah, dan bau secret.
•R : Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan abses paru atau terjadinya infeksi sekunder
• c. Tunjukkan/ dorong teknik mencuci tangan yang baik
• R : Menurunkan penyebaran atau tambahan infeksi
• d. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat
• R : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah
• e. Kolaborasi penggunaan antibiotik sedini mungkin missal penisilin atau klindamisin
• R : Obat ini digunakan untuk membunuh agen penyebab
•
•Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
•Sediakan alat suction dalam kondisi baik
•R : Peralatan dalam keadaan siap
•Monitor jumlah, bunyi napas, AGD, efek pengobatan bronkodilator
•R : Indikasi dasar kepatenan/gangguan saluran pernapasan
•Pertahankan intake cairan 3000 mml/hr jika tidak ada kontra indikasi
•R : Membantu mengencerkan sekret
•Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan batuk efektif
•R : Mengeluarkan sekret
•Mobilisasi pasien setiap 2 jam
•R : Mempertahankan sirkulasi
•
•Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan infeksi paru
•Berikan oksigen sesuai program
•R : Mempertahankan oksigen arteri
•Monitor jumlah pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital
•R : Mengetahui status pernapasan
•Laksanakan program pengobatan
•R : Meningkatkan pernapasan
•Posisi pasien fowler
•R : Meningkatkan pengembangan paru
•Bantu dalam terapi inhalasi
•R : Membantu mengeluarkan sekret
•Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik
•R : Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut
•Penkes : menghindari alergan, teknik bernapas, teknik relaksasi
•R : Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang
•
•. Nyeri (akut) berhubungan dengan reaksi seluler terhadap sirkulasi toksik
•Kaji ulang tanda vital
•R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri
•Berikan tindakan nyaman mis, pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan napas.
•R : Sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik
•Anjurkan dan Bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
•R : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk
•Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik dan antitusif
•R : Obat ini dapat menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan
•
•. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang terpajan
•Berikan informasi dal;am bentuk tertulis dan verbal
•R : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/mengikuti program medis
•Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan pernapasan
•R : menghindari kambuhnya infeksi
•Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan mis, istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari orang yang mengalami ISPA
•R : Meningkatkan pertahanan alamiah, membatasi terpajan pada patogen
•
•EVALUASI
•Suhu tubuh pasien kembali normal
•Menunjukkan tingkat pengetahuan yang adekuat
•Tidak menunjukkan komplikasi
•Suara napas normal
•Saluran pernapasan pasien menjadi bersih
•Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas
•Pasien bersemangat menjalani hidup
•TUBERCULOSE PARU
Konsep Dasar Penyakit
•Definisi
Tuberculose Paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
•Etiologi
Etiologi TB Paru adalah Mycobacterium Tuberculose yaitu batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
•
A. PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO
TB Paru ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi udara. Individu yang terinfeksi melalui berbagai cara seperti batuk, bersin, tertawa/bernyanyi, melepaskan droplet besar(>100µ) dan kecil(1-10µ)
•
B. Individu yang beresiko tinggi tertular TB paru
1.Mereka yang kontak dengan penderita
2.Individu imunosupresif (lansia,pasien dengan kanker,penderita HIV)
3.Pengguna obat IV dan alkhoholik
4.Petugas kesehatan
5.Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat,dll
•Manifestsi Klinis
•TB Paru termssuk insidius,sebagian besar pasien menunjukkan:
•Demam tingkat tinggi
•Keletihan, anorexia, nyeri dada, batuk menetap
•Penurunan berat badan, berkaringat malam
•Batuk awal nonproduktif tetapi dapat berkembang kearah pembentukan sputum mikopurulen dengan hemoptisis.
•Manifestasi atpikal pada lansia
–Perlaku tidak biasa dan perubahan status mental
–Demam
–Anorexia,penurunan berat badan
•Patofisiologi
•Individu rentan yang menghirup basil TB dan menjadi terinfeksi.Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat di mana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, kortek serebri) dan area paru lainnya.
•
•Sistem imun berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit sel gaifik-TB melisis basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumoni. Infeksi awal terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
•Massa jaringan baru merupakan gumpalan basil yang masih hidup (granulomas) dan yang mati,dikelilingi makrofag sebagai bentuk pelindung protektif. Granulomas diubah menjadi massa yang fibrosa. Bagian sentral fibrosa disebut tuberkel ghon. Bahan(bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju. Massa ini mengalami kalsifikasi membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif.
•
•Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktiv karena gangguan atau respon inadekuat dari respon system imun. Penyakit aktif juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Pada kasus ini tuberkek ghon memecah penyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih bengkak.
•
•Komplikasi
•Potensial komplikasi dapat mencakup:
• a. Malnutrisi
• b. Efek samping terapi obat : hepatitis, perubahan neurologist (ketulian/neuritis), ruam kulit, gangguan sel.
• c. Resistensi banyak obat
• d. Penyebaran infeksi TB
•Pentalaksanaan Medis
•TB Paru di obati terutama dengan agen kemoterapi selama periode 6-12 bln. Lima medikasi garis depan digunakan : isoniazid (INH), rimfapin (RIF), streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanasimin, etionamid, natrium paro-aminisalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat baris kedua.
•
•TB Paru yang resisten terhadap obat teridentifikasi sejak tahun 1950.Beberapa jenis resisten obat an dipertimbangkan merencanakan terapi efektif.Jenis resistan :
–Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agen anti TB garis depan pada individu yang sebelumnya belum mendapat pengobatan.
•Resisten obat didapat/skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agen anti TB pada pasien yang menjalani pengobatan. INH dan RIF.
•Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agen, sebut saja.
•Obat yang direkomendasikan bagi kasus TB Paru yang baru didiagnosa:
–INH
–RIF → selama 4 bln dengan di lanjutkan INH dan RIF 2 bln (total 6 bln)
–PZA
•Konsep Dasar Keperawatan
•Pengkajian
•Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dilakukan.
•Manifestasi klinis yang timbul mengharuskan engkajian saluran pernapasan yang menyeluruh.
•Setiap perubahan suhu/frekuensi RR, jumlah dan warna sekresi, frekuensi batuk parah dan nyeri dada di kaji.
•
•Paru-paru dikaji terhadap konsolidasi dengan evaluasi bunyi napas, fremitus, egoni, dan hasil pemeriksaan perkusi (pekak)
•Nodus limfe yang terasa nyeri berarti mengalami pembesaran.
•Kesiapan emosional pasien untuk belajar, perssepsi dan pengertian tentang TB Paru dan pengobatan.
•Hasil evaluasi fisik dan hasil laboratorium.
•
•Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
•Diagnosa keperawatan yang biasa muncul :
•Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi trakheobronkial yang sangat banyak.
•Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan
•Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, perubahan status nutrisi dan demam
•Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan tindakan kesehatan preventif.
•
•Intervensi
•a. Bersihan jalan napas tidak efektif
•1. Berikan posisi semi fowler.
• R/ Maksimalkan ekspansi paru danpenurunan upaya pernapasan.
•2. Berikan/pasang masker lembab.
• R/ Masker lembab encerkan secret
•3. Lakukan perkusi/vibrasi .
• R/ Perkusi / vibrasi merontokan secret yang menempel.
•4. Berikan masukan cairan 2500/hr kecuali kontra indikasi.
• R/ Air encerkan secret.
•5. Bersihkan secret dari mulut dan trachea (lakukan suction).
• R/ cegah obtruksi.
•b. Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan
•1. Berikan HE tentang pentingnya meminum obat sesuai jadwal.
• R/ Pasien mengerti tingkatkan motivasi
• Anjurkan keluarga pasien memantau penderita.
• R/ Dengan pemantauan dari keluar keluarga pasien bisa patuh.
•
•. Intoleransi Aktivitas
•1. Berikan intake makanan adekuat.
• R/ Makanan merupakan sumber energi
•2. Berikan latihan aktif pasif.
• R/ Latihan aktif pasif cegah atropi
•3. Berikan HE tentang pentingnya aktifitas untuk tubuh.
• R/ Pasien mengerti tingkatkan motivasi.
•d. Kurang Pengetahuan
•1. Berikan HE tentang TB Paru.
• R/ Pasien mengerti tingkatkan motivasi.
•2. Jelaskan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan karbohidrat.
•R/ memenuhi kebutuhan metabolic untuk mencegah kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
•3. Tekankan hindari alkhohol.
• R/ Kombinasi INH DAN ALKOHOL sebabkan hepatitis.
•4. Dorong untuk tidak merokok.
• R/ Rokok tingkatkan disfungsi pernapasan.
•
•Evaluasi
•Mempertahankan jalan napas paten dengan mengatasi sekresi menggunakan humidifire, masukan cairan, bentuk dan postural drainage.
•Menunjukkan tingkat pengetahuan yang tinggi.
•Mematuhi regimen pengobatan dengan minum obat sesuai yang di haruskan dan melaporkan skrinning tindak lanjut.
•Ikut serta dalam tindakan preventif
•Mempertahankan jadwal aktivitas.
•Melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan efek samping.
•Tidak menunjukkan adanya komplikasi.
•
•DAFTAR PUSTAKA
•Patricia A. Potter. Fundamental Keperawatan EGC. 2006: Jakarta.
•Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. 2004: Jakarta.
•Dr. H. Tobrani. Ron. Ilmu Penyakit Paru. EGC. 1996: Jakarta.
•Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. 1996: Jakarta.
•William F. Ganong. Fisiologi Kedokteran. EGC. 1999: Jakarta.
•Mukti, Abdul dkk. 1995. Dasar-dasar ilmu Penyakit. Airlangga Univercity Press : Surabaya
•
•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar