bayuzepta@yahoo.co.id


bayuzepta@yahoo.co.id

Jumat, 08 Oktober 2010

KOMUNIKASI TERAPEUTIK


FAKTOR-FAKTOR HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Menurut Hery Purwanto, 1994:
1. Kemampuan pemahaman yang berbeda.
2. Pengamatan / penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.
3. Komunikasi satu arah
4. Kepentingan yang berbeda.
5. Memberikan jaminan yang tidak mungkin.
6. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada pasien.
7. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
8. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya.
9. Memberikan kritik tentang perasaan pasien.
10. Menghentikan / mengalihkan topik pembicaraan.
11. Terlalu banyak bicara yang mana seharusnya mendengarkan.
12. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.

Kariyoso, 1994:
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi.
2. Sikap yang kurang tepat.
3. Kurang pengetahuan.
4. Kurang memahami sistem sosial.
5. Prasangka yang tidak beralasan.
6. Jarak fisik, komunikasi menjadi tidak lancar jika komunikator berjauhan dengan receiver.
7. Tidak ada persamaan persepsi
8. Indera yang rusak.
9. Berbicara yang berlebihan.
10. Mendominir pembicaraan dan lain sebagainya.
Hambatan kemajuan hubungan perawat - pasien terdiri atas tiga jenis utama yaitu:
1. Resistens
2. Transferens
3. Kontertransferens

Hal tersebut timbul karena berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam berbagai bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat hubungan teurapeutik. Oleh karena itu, perawat harus segera mengatasinya. Hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun pasien yang bisa berkisar dari ansietas dan kekhawatiran sampai frustasi, cinta atau sangat marah.



2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnta terkait dengan tokoh penting dalam kehidupan masa lalu pasien. Istilah ini merujuk pada sekelompok reaksi yang berupaya mengurangi atau menghilangkan ansietas. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah ketidak tepatan respon pasien dalam hal intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan displacement yang maladaptif. Reaksi transferens membahayakan proses teurapeutik hanya bila hal ini tetap diabaikan dan tidak di telaah oleh perawat. Ada dua jenis utama , yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.

3. Kontertransferens
Kontertransferens yaitu kebuntuan teurapeutik yang dibuat oleh perawat, bukan oleh pasien. Kontertransferens merupakan respons emosinal spesifik oleh perawat terhadap pasien yang tidak sesuai dengan intensitas emosi.
Kontertransferens adalah transferen yang diterapkan pada perawat. Respon perawat tidak dapat dibenarkan oleh kenyataan,tetapi lebih mencerminkan konflik terdahulu yang dialami terkait dengan isu-isu seperti otoritas,keasertifan,gender, dan kemandirian.

Reaksi kontertransferens biasanya berbentuk salah satu dari 3 jenis, yaitu reaksi,mencintai atau perhatian berlebihan,reaksi sangat bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas, seringkali menjadi respon terhadap resisten pasien.
Beberapa bentuk countertransfer yang diperlihatkan oleh perawat :
Kesulitan ber-empati terhadap pasien dalam area masalah tertentu.
Perasaan tertekan setelah sesi.
Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontra seperti datang terlambat,atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
Mengantuk selama sesi.
Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan pasien untuk berubah.
Dorongan terhadap ketergantungan, pujian, atau afeksi pasien.
Berdebat dengan pasien atau kecenderungan untuk memaksa pasien sebelum ia siap.
Mencoba untuk membantu pasien dalam segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Keterlibattan dengan pasien dalam tingkat personal atau sosial.
Melamunkan atau preokupasi dengan pasien.
Fantasi seksual atau agressive dengan pasien.
Perasaan ansietas, gelisah, atau perasaan bersalah terhadap pasien terjadi berulang kali.
Kecenderungan untuk berfokus hanya pada satu aspek informasi dari pasien atau menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya cara.
Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan kepada pasien.


Pelanggaran Batasan
Pelanggaran batasan terjadi ketika perawat melampaui batasan hubungan teurapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan pasien. Sebagai ketetapan umum, kapanpun perawat melakukan atau memikirkan sesuatu yang khusus, berbeda atau luar biasa terhadap pasien, biasanya terjadi pelanggaran batasan. Hubungan seksual dalam bentuk apapun tidak akan pernah teurapeutik dan tidak dapat diterima dalam hubungan perawat-pasien.
Contoh pelanggaran batasan yang mungkin terjadi:
Pasien mengajak perawat makan siang atau makan malam diluar.
Hubungan profesional berubah menjadi hubungan sosial.
Perawat menghadiri pesta atas undangan pasien.
Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada pasien.
Pasien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya seperti anaknya untuk tujuan sosial.
Perawat menerima hadiah dari bisnis pasien.
Perawat setuju menemui pasien untuk terapi diluar tatanan yang biasanya tanpa alasan yang teurapeutik.
Perawat menghadiri acara-acara sosial pasien.
Pasien memberikan hadiah - hadiah yang mahal kepada perawat
Perawat secara rutin memeluk atau memegang pasien.
Perawat menjalankan bisnis atau membeli barang dari pasien.


Mengatasi Hambatan Teurapeutik
Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan perawat-pasien.
Sumber:
Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, Gail W. Stuart, EGC.

Hambatan-hambatan komunikasi terapeutik:
Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu.
1.Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.
2.Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.
3.Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
Sumber:
http://harnawatiaj.wordpress.com/
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM KOMUNIKASI.
Menurut Linda Carman Copel, Banyak faktor latar belakang klien yang mempengaruhi proses komunikasi dan berdampak pada hasil interaksi perawat-klien. Beberapa faktor yang paling umum adalah:
Budaya.
Nilai (kepercayaan dan peraturan kehidupan masyarakat).
Status sosial.
Keadaan emosional (perasaan yang mempengaruhi pola komunikasi).
Orientasi spiritual.
Pengalaman internal (seperti dampak biologis dan psikologis yaitu bagaimana seseorang menginterpretasikan situasi kehidupan).
Kejadian-kejadian di luar individu.
Sosialisasi keluarga mengenai komunikasi.
Bentuk hubungan.
Konteks hubungan saat ini.
Isi pesan (seperti topik-topik yang menimbulkan kepekaan dan berdampak secara emosional)

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Bentuk hambatan komunikasi terapeutik ada 5 jenis:
Resistens
Transferens
Kontertransferens
Pelanggaran batas
Pemberian hadiah

1. Resistens
Merupakan penghindaran verbalisasi yang dipelajari
Merupakan akibat ketidaksediaan klien untuk berubah (pada saat perubahan di rasakan).
Merupakan upaya klien untuk tetap tidak mengakui penyebab kecemasan dlm dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal ungkapan perasaan.
Diperlihatkan klien selama fase kerja (fase proses penyelesaian masalah)

Faktor penyebab:
Perawat berfokus pd diri sendiri
Perawat terlalu membuka diri
Trust belum terbina
Bentuk Resistens
a. Supresi dan represi
b. Putus asa thd masa depan
c. Devaluasi
d. Hambatan intelektual: lupa, mengantuk
e. Perilaku amuk atau tidak rasional
f. Pembicaraan yg bersifat permukaan
g. Menolak tg. Jawab
h. Menolak berubah

2.Transferens
Respon yang tidak disadari oleh klien thd perawat terkait dengan kehidupan masa lalu.
Ketidak tepatan respon klien dalam penggunaan koping pengisaran (displacement) yang maladaptif.
Merupakan suatu kumpulan reaksi yg timbul sebagai upaya utk mengurangi kecemasan dan ketidak puasan klien thd perawat akibat intensitas pertemuan yg berlebihan.
Reaksi yang ditampilkan:
- Bermusuhan/bersikap negatif thd perawat.
- Menghindar/memutuskan hubungan.
- Membantah, mengkritik
- Mengomel
- Pelupa
- Ketergantungan atau membenci
- Terjadi bila kontrak pd tahap orientasi tidak jelas.

Upaya mengatasi transferens.
Menjadi pendengar aktif à sikap tidak menyalahkan klien, perhatikan respons non verbal klien.
Klarifikasi dan refleksi à pembicaraan lebih fokus, klien menyadari pikiran dan perasaannya
Mengkaji perilaku diperlukan pengetahuan dan pengalaman ttg perilaku manusia.

3. Kontertransferens
Hambatan terapeutik berasal dari perawat yang ditimbulkan oleh sikap klien.
Respon emosional spesifik yang tidak tepat terhadap klien.
Reaksi yang ditampilkan:
- sangat mencintai/ caring berlebihan
- sangat membenci/bermusuhan
- marah berlebihan atau tidak sabar
- cemas dan rasa bersalah, muncul berulang
- tidak mampu berempati thd klien
- Menekan perasaan selama pertemuan
- Tidak bersikap bijak saat membuat kontrak dgn klien
- Berdebat dengan klien
- Keterlibatan dengan klien pada tingkat personal/sosial
- Melamunkan klien
- Klien menjadi besar kepala
- Klien sulit berubah, ketergan- tungan, klien menjadi manja.
- Klien tidak terbuka
Cara identifikasi terjadinya kontertransferens
- Mempunyai standar yg sama ttg harapan thd klien
- Melatih hubungan terapeutik
- Menemukan sumber masalah
- Melatih kontrol diri
- Pengawasan secara individual
- Kontertransferens tidak mudah diatasi, membawa dampak terhadap hubungan perawat – klien
- Perlu upaya/keseriusan dari perawat untuk mengatasinya
4. Pelanggaran Hubungan Terapeutik (batas)
Dalam hubungan terapeutik peran perawat sebagai penolong (helpher)à klien maupun perawat hrs menyadari batasan ini.
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan terapeutik à terjadi hubungan personal
Bentuk pelanggaran
- menerima ajakan makan diluar/undangan
- Menjadi hubungan sosial
- Memberikan informasi personal pd klien
- Klien mengenalkan perawat pd anggota klg utk tujuan hub sosial
- Menerima hadiah dari klien
- Menjalankan bisnis / memesan pelayanan dari klien
- Secara rutin membelai/ memeluk klien
- Menghadiri acara- acara sosial klien
Upaya pencegahan:
- Membuat kesepa- katan ttg interaksi yg akan dilakukan
- Fokus pd tujuan interaksi
à mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi

5. Pemberian Hadiah
Bentuk Hadiah dapat konkrit maupun abstrak
Merupakan masalah kontroversial dlm keperawatan
Pemberian hadiah pd tahap orientasi à klien dapat memanipulasi perawat
Pemberian hadiah pd tahap terminasi à perawat menunda proses terminasi, pe- mindahan hubungan menjadi sosial/ hubungan personal.

Mengatasi Hambatan Terapeutik
-Siap untuk ungkapkan perasaan à dasar pengetahuan ttg hambatan terapeutik.
-Gunakan Klarifikasi dan refleksi perasaan & isi
-Kaji latar belakang klien maupun perawat thd perilaku yang ditampilkan à berdampak negatif thd proses terapeutik.
-Tinjau kembali tujuan hubungan terapeutik sesuai masalah klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar